
Ketika Isu Politik Jadi Gosip Hiburan Rakyat

Oleh : Karsono Hadi
Koran-beritaindonesia.online | JAKARTA – Politik idealnya ruang serius, tempat rakyat naro harapan, wadah gagasan besar dipertarungkan demi hidup bersama yang labia baik. Tapi di Indonesia, panggung politik sering lebih mirip sinetron. Gosip, ekspresi wajah, sampai gaya hidup politisi lebih heboh dibicarakan ketimbang isi debat.
Ini bisa memiliki dampak positif dan negatif, di satu sisi bisa meningkatkan kesadaran dan partisipasi politik masyarakat, membuat isu-isu politik lebih mudah diakses dan dipahami oleh khalayak luas.
Sebagai orang film, saya lihat politisi hari ini makin mirip selebritas mereka jago bikin sensasi, melempar komentar kontroversial atau nyulut konflik biar tetap eksis di headline.
“Logika yang berlaku bukan isi tapi drama, publik pun jadi penonton setia ada protagonis, antagonis bahkan badut politik yang bikin ngakak,” cetus KaHa.
Media ikut berperan seolah jadi rumah produksi, di era klikbait berita politik dikemas kayak infotainment: siapa duduk di kursi depan, siapa pura-pura gak nyapa, siapa manyun di sidang lebih heboh ketimbang isi pidatonya.
“Politik pun berubah jadi tontonan ringan gampang ditonton, gampang digosipin, gampang jadi bahan becandaan di warung kopi sampai ngakak guling-guling,” tambah Karsono Hadi sang kreator film & televis sambil membayang seorang politikus sedang pidato berapi-api.
Kenapa rakyat betah nonton politik sebagai hiburan…? Karena terlalu sering dikecewakan janji-janji yang tak pernah ditepati, harapan kandas, sinisme tumbuh, gosip politik jadi katarsis: bahan ketawa sekaligus sindiran.
Dari pada marah mending diketawain apalagi kultur kita dari dulu memang gemar mengubah tragedi jadi komedi dari parikan dagelan Srimulat sampai meme medsos hari ini.
Namun ada bahayanya kalau gosip terus ngalahin substansi demokrasi kehilangan “alur cerita” nya, sama saja kayak penonton lebih inget gosip artis ketimbang isi film yang kita bikin.
Padahal yang dibutuhin rakyat bukan sekadar hiburan tapi politik yang kembali ke fungsi aslinya, ruang akal sehat keberanian moral dan keadilan sosial contoh isu Politik Jadi Hiburan
Jargon absurd yang jadi yel-yel demo.
Komeng “Uhuy!” komedian terpilih jadi senator Jabar, poster googly eyes lebih diingat ketimbang visi-misi.
“Samsul” Gibran salah ucap sulfuric acid untuk ibu hamil, langsung jadi bahan meme nasional.
Fenomena ini bukan cuma di Indonesia. Di Amerika, rambut Trump lebih viral daripada pajak, di Italia Berlusconi bikin politik jadi variety show di Filipina Duterte populer karena gaya bicaranya yang kasar bukan kebijakan detail. bedanya di negara dengan demokrasi kuat, gosip tak sampai sepenuhnya menenggelamkan substansi.
PR kita jelas, bikin dong panggung politik yang seimbang, hiburan boleh gosip pasti ada tapi jangan sampai naskah besar akal sehat demokrasi hilang, kalau itu yang terjadi Demokrasi politik kita cuma jadi dekorasi panggung kosong.
Namun, di sisi lain, juga bisa mengarah pada penyederhanaan isu-isu kompleks, penyebaran informasi yang tidak akurat, atau bahkan polarisasi yang lebih tajam. Bagaimana menurut Anda tentang fenomena ini?
(Penulis adalah Kreator Film & TV.,
Sutradara Serial “7 Manusia Harimau”-
Sutradara Serial “Saur Sepuh The Series”).
Post Comment